Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama adalah suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan men...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global merupakan momok yang mengerikan bagi para pengusaha industri ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini bera...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh b...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Judul : Kiamat Kecil Di Sempadan Pulau C. Pengarang ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rempah-rempah telah luas dikenal sebagai pemberi cita rasa atau bumbu dan disamping itu rempa...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahu...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain d...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur ’ an sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamn...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawa...
Kode
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2014
(36)
-
▼
August
(36)
-
▼
Aug 26
(31)
- MAKALAH IPA DAN TEKNOLOGI
- INTRAKSI SOSIAL
- INTRAKSI SPESIAL
- MAKALAH IMAN KEPADA RASUL
- MAKALAH ILMU TAJWID
- MAKALAH ILMU FILSAFAT
- MAKALAH IBADAH MADHA DAN GHOHIRU MADHA
- HUKUM KONTRAK
- MAKALAH HIDROGEN DAN MINYAK BUMI
- MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT
- MAKALAH HAK ASASI MANUSIA (HAM)
- MAKALAH HAKIKAT MANUSIA
- MAKALAH GIZI DAN KESEHATAN
- MAKALAH FILSAFAT
- MAKALAH FASILITAS
- FAKTUR TEMPORAL
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
- MAKALAH ENTOMOLOGI LABA-LABA
- MAKALAH DOSA BESAR DAN SYIRIK
- MAKALAH DEMAM BERDARAH
- MAKALAH DAMPAK EKONOMI
- CERPEN
- BUNGA LAWANG
- MAKALAH BUMI DAN ISINYA
- MAKALAH BUMI DAN ALAM SEMESTA
- Makalah Buah Manggis
- Basket
- Bahasa dan Masyarakat
- Bahasa dan Kebudayaan
- Aspek Pemasaran
- AGAMA (MANUSIA)
-
▼
Aug 26
(31)
-
▼
August
(36)
Categories
- makalah (36)
Jadikan Hari Mu lebih Berwarna Dengan Memabaca
Powered by Blogger.
Tuesday 26 August 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Judul : Kiamat
Kecil Di Sempadan Pulau
C.
Pengarang : Fakhrunnas
M.A. Jabbar
D.
ISI
Andai
kau datang kesinai sepuluh tahun lalu,kota pelabuhan ini begitu ramai.kapal dan
penumpang datang silih berganti.Pasar di penuhi para pedagang dari kawasan
pesisir.orang-orang hidup saling menghargai.Semuanya butuh damai.Sebuah masjid
besar yang tak begitu jauh dari pelabuhan senantiasa memancarkan lengkingan
azan tepat di lima waktu shalat.Dibulan puasa dan hari raya, ribuan jamaah
memenuhi masjid dan mushalla.begitulah semaraknya kehidupan kota pelabuhan
dipulau terpencil yang bak terapung di alunan ombak selat malaka.
Pada
mulanya,Kota ini tak lebih dari sebuah kampung nelayan.Dihuni orang-orang
melayu pesisir hasil perpaduan turun-temurun dengan suku laut,penghuni asal
pulau itu.Jumlahnya hanya belasan kepada keluarga.Kehidupan mula tak lebih dari
rimbunan rimba bakau yang mengepung pulau itu. Sejak Sayed Sobri,seorang
saudagar keturunan Arab mulai menggarap rimba bakau disitu.Lelaki yang suka
berbaju gamis dan beserban itu mendirikan kilang arang bakau.hasilnya di bawa
lewat semokel ke negeri jiran, Malaysia.pelan-pelan, kampung nelayan
itu berkembang jadi kota pelabuhan. Kapal-kapal makin sering menyandar
mendatangkan barang-barang kebutuhan harian dan mengangkut arang bakau,gula
nipah,dan buah tembatu ke seberang.
Sayed
Sobri pula yang mengajak orang-orang dipulau itu membangun masjid dan
mushalla.Sayed memamng piawai berniaga dan pemurah pula.Lebih dari itu,pandai
pula berdakwah.Kehidupan orang-orang dikampung nelayan itu mulai
berubah.rumah-rumah panggung kayu secara perlahan berubah menjadi rumah
batu.Tiang televisi bertaburan muncul dari celah atap untuk menangkap siaran TV
negeri jiran semua ini dimungkinkan adanya aliran listrik dari mesin genset
besar milik Sayed.
Bertahun-tahun
kehidupan layaknya permukiman melayu berlangsung damai.Para lelaki kemana-mana
memakai peci dan sebagian mengenakan kain sarung.Bajunya cekak-musam.Kaum
perempuan berbaju kurung dengan selendang menutupi seluruh rambut.
”Orang-orang
disini memegang teguh tunjuk-ajar dan pantang larang.Tak ada maling.Tak ada
orang yang menampakkan aurat apalagi berbugil.Ajaran dasar melayu itu sangat
tunduk pada ajran islam,” tutur Sayed sobri dengan suara terbata-bata di seuah
mushalla kecil yang tersurkt jauh dari kota pelabuhan itu.Ia berseorang diri padahl
dulunya,ia sampai punya empat istri yang molek dan jelita.
Andai
kau datng sepuluh tahun silam,tentu sayed Sobri masih di kejayaannya.Peniaga
andal yang pandai pula berdakwah.Bertempat tinggal dirumah batu yang gemerlapan
.Memang dialah orang terkaya di kota pelabuhan itu.
Kecemerlangan
kota itu tak bertahan lama.kawasan pantai pulai itu berubah menjadi tempat
pelancongan.hasil buminya berupa pasir darat dan pasir laut di keruk
mesin-mesin raksasa dan dikirim ke Singapura dan Johor.Kawasan pelabuhan makin
banyak disinggahi para peniaga yang selalu mencari peluang niaga yang
menguntungkan.Tanpa terasa bersempadan dengan permukiman orang-orang
asal berdiri megah tempat-tempat hiburan.Ya, karaoke,diskotek,dan tempat
perjudian gelap.Suara azan dan pengajian berbaur dengan dentuman musik keras
dan tertawa cekikikan perempuan sundal.
Sayed
Sobri mulanya masih kuat bertahan.Menenamkan ajaran etik di tengah jamaahnya.Orang-orang
yang kurang beruntung nasibnya di pekerjakan di kilang-kilang arang atau sagu
dengan penghasilan secukupnya.Sebaliknya, pertumbuhan rumah hiburan di kawasan
pesisir pulau itu semakin meyudutkan keberadaan orang-orang
tempatan.Bahkan,sebagian diantara orang tempatan itu mulai tergiur untuk ambil
bagian dalam perniagaan hiburan itu.Semisal jadi penjaga keaamanan atu pelayan.
Bahkan, ada pula orang tempatan yang ikut membuka tempat hiburan dan tempat
perjudian bersama orang-orang pendatang.
Sayed
Sobri pelan-pelan mulai terkalahkan.perniagaannya tak kuat bersaing dengan para
pendatang yang sebagian besar orang-orang keturunan Cina. Mereka melakukan
segala usaha tanpa mengindahkan rasa-perisa orang-orang tempatan
yang hidup penuh santun dan berserah diri pada Tuhan. Pertarunga ajaran
kebajikan berbenturan denga ajaran kebathilan berlangsung begitu saja.
Selang
beberapa tahun saja,sayed Sobri dan jamaahnya benar-benar bertekuk lutut.
Kehidupan malam merajalela masjid dan mushalla semakin sepi. Orang-orang
tempatan tergusur kekawasan pinggiran. Pukulan terberat yang dialami Sayed
Sobri ketika istrinya yang keempat dirayu tauke Ah Cun, peniaga hiburan
terbesar,dan dibawa lari ke negeri Jiran. Sayed dan sejumlah jamaahnya yang
setia memang sudah coba mengadu keaparat keamanan setempat. Tapi,tak ada
kelanjutannya. Bisa jadi,Ah Cun dan orang-orangnya lebih piawai lagi
mempermainkan hukum. Sayed Sobri benar-benar terpukul.
Andai
kau datang kekota ini sepuluh tahun lalu,tentu Sayed Sobri tak akan pernah berada
dipedalaman yang sepi.sunyi dari segala nyanyian,kecuali ratib dan dzikir yang
diirngi belasan pengikutnya.
Kehidupan
di kawasan pelabuhan benar-benar bergalau. Orang-orang tempatan yang lemah
pertahanan bathinnya telah berbancuh denga para pendatang. Apalagi,diakhir
pekan,pelancong murahan sebab mereka itu sebenarnya hanya sopir, buruh, dan
penjaga kedai dari Singapura makin mengibarkan keseronokan duniawi disitu.
Perempuan sundal semakin menjamur.
Sayed
Sobri dan belasan jamaahnya terus membathin. Tafakkur dan mendekatkan diri pada
Tuhan. Lewat shalat-shalat tahajjud dan dzikr panjangnya,mereka mendoakan agar
bala bencana diturunkan dipulau itu.
“Ya,Allah
beri peringatan mereka yang lalai yang telah berpaling dari diri Engkau.
Datangkan bala bencana bagi mereka yang pendurhaka. Seperti Engkau menurunkan
bencana keatas kaum Nabi Luth, Musa, Ibrahim, Sulaiman, dan sekalian Nabi dan
Rasul lainnya. Dan, beri perlindungan orang-orang yang taat kepada Engkau....”
ucapan doa ini nyaris mengalir setiap waktu dari mushalla kecil dibawah Imam
Sayed Sobri.
Andai
Kau menyaksikan peristiwa sepuluh tahun silam dipulau itu, kiamat kecil memang
telah datang. Ombak Selat Malaka bergelora tiba-tiba. Angin puting beliung
melanda kota pelabuhan dipulau itu. Ratusan rumah panggung terangkat ke langit
dan dibantig kembali kebumi. Orang-orang yang asyik masyuk di alam keduniawian
mereka,berkecai-kecai sebagian besar dihanyutkan gelombang balik, terbawa arus
kuat kepusaran Selat Malaka yang tiba-tiba garang.
Bertahun-tahun,kota
pelabuhan itu jadi sepi dan kosong-melompong.kapal-kapal tak pernah sandar
lagi. Para pendatang tak lagi melirik pulau yang dulunya cantik-molek. Sayed
Sobri pun tak lepas dari bala bencana itu. Hampir semua anggota keluarganya
ikut digulung ombak yang deras. Sayed memang tinggal seorang diri. Itupun
karena ada bala bantuan tersembunyi dari kekuatan gaib yang seorangpun tak akan
pernah percaya. Tapi,Ah Cun dan pengikutnya termasuk beberapa sundal piaraannya
selamat karena saat bencana itu datang, mereka sedang berada di negri Jiran.
“Aku
tersadar di sebuah pulau kecil yang bersempadan. Entah apa yang dapt membuatku
bertahan. Allah telah menolongku.... hanya Allah semata....,” tutur Sayed
dengan matanya yang mulai kabur.
“Apa
yang habib ingat tentang bala bencana yang terjadi disisni sepuluh tahun
silam?”
“Gelombang
menyapu bersih semua penghuni dan isi pulau ini....”
“Berapa
dahsyat .... ?”
“Amat
dahsyat... Aku boleh menyebutnya Kiamat Kecil....”
“Bagaimana
nasib anak-istri habib sendiri ?”
“Itulah
gambaran kiamat yang sebenarnya walau kecil. Ketika kiamat telah tiba, tak ada
sesiapa yang dapat menyelamatkan,kecuali amal sendiri.”
“Kenapa
habib bisa selamat? “
“Aku
sudah katakan, bisa jadi ini mukjizat belaka. Ya, mungkin tepatnya bukan
mukjizat, hanya sedikit keramat....”
“Bila
kiamat kecil dianggap telah datang kepulau ini, bisa dikatakan tanah ini di
murkai tuhan ?”
“Tanah
tak pernah di murkai. Tanah dimana-mana suci dari dosa. Tapi, orang-orangnya
lah yang mendapat murka. Ketika kemungkaran telah bertahta, Allah memberikan
cobaan pada orang yang jahat dan baik....”
“Tapi,
apa yang membuat habib kembali kepulau yang pernah dilanda bencana ini ....”
“Ini
tanah bersejarah. Tanah yang menjadi perlambang tegaknya cahaya Islam disini.
Dan, ini pula lambang terpuruknya segala kemunafikan dan kebathilan ketika
berhadapan dengan kebenaran....”
“Berapa
lama lagi habib akan bertahan disini?”
“Ya,
sampai Allah memanggil kealam keabadian. Hari-hariku hanya tafakkur, dzikir,
dan memperhambakan diri kepada pemilik semesta....”
“bagaimana
habib meramalkan nasib pulau ini kedepan?”
“Kecemerlangan
selalu bisa datang tiba-tiba. Pulau ini hendaklah diisi oleh orang-orang yang
bersyukur. Sebab,Allah berjanji, bagi orang-orang yang mensyukuri nikmat-Nya,
nikmat itu akan dilipat gandakan”
“Kapan
itu bisa terwujud?”
“Aku
bukan peramal. Aku hanya bisa berdoa untuk kemaslahatan penghuni pulau ini
kedepan...”
Menjelang
matahari naik kesepenggalahan,saat waktu zuhur tiba, Sayed mengumandangkan azan
dengan suara gerau karena ketuaan. Ia shalat sendirian dibangunan kayu yang
disebutnya mushalla kecil itu.
Andai
kau datang sepuluh tahun kemudian di pulau ini, Sayed Habib sudah tiada. Pulau
ini masih di penuhi puing-puing kesejarahan orang-orang pendurhaka. Tapi, masih
ada secercah harapan dilangit yang sewaktu-waktu akan turun tanpa sepengetahuan sesiapa.
Sebuah
makam di tengah kepungan belukar masih ada. Meski tanpa nama,orang-orang yang
datang kemudian percaya itulah makam Sayed Sobri yang keramat. Orang-orang
begitu gerun menyebut nama itu ditengah peradaban duniawi yang terus bergulir
dari waktu kewaktu.
BAB II
UNSUR INTRINSIK KIAMAT KECIL DI SEMPADAN PULAU
FAKHRUNNAS M.A. JABBAR
1.
TEMA
Tema dalam sinosis cerpen ini adalah
mengajarkan tentang kebajikan dan larangan
menurut agama islam dan aturan agama.
2.
AMANAT
Amanat yang terdapat dalam
cerpen ini adalah :
1.
Berpegang teguh pada tali agama
Allah
2.
Menjalani perintah dan menjauhi
segala larangan Allah
3.
Saling menghargai sesama
3.
LATAR /SETTING
Latar dalam cerpen ini adalah sebuah pulau kecil yang berada di daerah
pesisir pantai yang sangat mengimpikan keindahan dan kedamaian, mesjid,
mussollah.
a.
Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, yaitu :
Di sebuah pulau kecil di
selat malaka
b.
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan
masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, yaitu :
Pada saat nelayan di pulau
itu belem tahun menggunakan atau memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka.
c.
Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
cara berpikir dan bersikap, yaitu :
Di pulau kecil ini di dalam
cerpen ini melukiskan kebahaian dan kedamaian yang sangat mengacu pada dinding
hati masyrakat dan sangat berpegang teguh pada tali ajaran agama, maulai dari
itulah masyarakat di pulau ini hidup dengan serba kecukupan dan memulai
kehidupan baru.
4.
ALUR PLOT
Dalam novel ini menggunakan
alur maju dan mundur. Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai rumah
kayu hingga rumah batu dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa perubahan
dari sebuah kampung kecil menjadi kota pulau.
5.
SUDUT PANDANG
Sudut pandang (point of view)
merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya
fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap
kehidupan.
Penulis dalam cerpen ini
memandang bahwa sebuah kehidupan dapat berubah jikalah seseorang ingin
merubahnya.
6.
PENOKOHAN
Sayed Sobri : seorang piawai berniaga dan pemurah.
Tauke Ah Cun : seorang peniaga hiburan terbesar,dan
dibawa lari ke negeri Jiran
Masyarakat : orang yang berada di pulau kecil
yang sangat makmur pada awalnya
7.
DIALOG
“Aku
tersadar di sebuah pulau kecil yang bersempadan. Entah apa yang dapt membuatku
bertahan. Allah telah menolongku.... hanya Allah semata....,” tutur Sayed dengan
matanya yang mulai kabur.
“Apa
yang habib ingat tentang bala bencana yang terjadi disisni sepuluh tahun
silam?”
“Gelombang
menyapu bersih semua penghuni dan isi pulau ini....”
“Berapa
dahsyat .... ?”
“Amat
dahsyat... Aku boleh menyebutnya Kiamat Kecil....”
“Bagaimana
nasib anak-istri habib sendiri ?”
“Itulah
gambaran kiamat yang sebenarnya walau kecil. Ketika kiamat telah tiba, tak ada
sesiapa yang dapat menyelamatkan,kecuali amal sendiri.”
“Kenapa
habib bisa selamat? “
“Aku
sudah katakan, bisa jadi ini mukjizat belaka. Ya, mungkin tepatnya bukan
mukjizat, hanya sedikit keramat....”
8.
KLIMAKS
Akhir dari sebuah
cerpen yang di tulis oleh pengarang adalah kebagian yang tidak dapat terukirkan
di hati masyarakat di pulau kecil pesisir pantai ini, namun kebahagian itu
berubah menjadi malah petakan dan berakhir dengan datangnya kiamat kecil, dan
mereka memulai semua itu dari hal awal dan menuju kebahagian.
BAB III
BIOGRAFI PENULIS
Dilahirkan di Desa Tanjung Barulak, Kampar, Riau pada
18 Januari 1959. Mulai menulis sejak di bangku SMP di Bengkalis. Menamatkan
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan, Universitas Riau
(UNRI) Pekanbaru tahun 1985. Menjadi dosen di Universitas Islam Riau (UIR)
sejak 1986. Tulisannya berupa artikel, esai, cerpen dan puisi telah dimuat di
sejumlah media nasional dan local seperti Horison, Kompas, Republika, Media
Indonesia, Koran Tempo, Riau Pos, Kartini, Nova, Citra, Suara Pembaruan, Bisnis
Indonesia, Seputar Indonesia, Gatra dan sebagainya.
Aktif dalam berbagai organisasi kesenian dan
kebudayaan a.l. Komite Sastra Dewan Kesenian Riau (1994-96), Sekretaris
Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI- 1983-95), Sekretaris Lembaga Seni Budaya
Pemuda KNPI Riau (1981-85), Sekretaris Komite Program Yayasan Puisi Nusantara
(1980-84). Sejumlah buku telah diterbitkan antara lain, Di Bawah Matahari
(1981) dan Matahari Malam, atahari Siang (1982) - keduanya kumpulan puisi
bersama penyair Husnu Abadi , Meditasi Sepasang Pipa (1987) ?kumpulan puisi
bersama penyair Wahyu Prasetya, Biografi Buya Zaini Kuni : Sebutir Mutiara di
Lubuk Bendahara (1993), Autobiografi H. Soeman Hs: Bukan Pencuri Anak Perawan
(1998) yang terpilih sebagai Buku Terbaik Anugerah Sagang tahun 1999. Kumpulan
Puisi Airmata Barzanji (Adi Cita, Yogyakarta, 2005, Pengantar oleh D. Zawawi
Imron), Kumpulan Cerpen Sebatang Ceri di Serambi (Akar Indonesia, Yogyakarta,
2005, Kata Pengantar oleh Dr. Maman S. Mahayana) ? pernah dibahas oleh Pengamat
Sastra Prof. Harry Aveling di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia,
2006 serta terpilih sebagai 10 Nominator Khatulistiwa Literary Award 2006 dan
terpilih sebagai Buku Pilihan Anugerah Sagang 2006 Katagori Buku Pilihan.
Sejumlah puisinya diterjemahkan dan ikut dalam
Antologi Puisi Indonesia-Portugal bersama 50 Penyair Indonesia lainnya.
Kumpulan Puisi terbarunya, Tanah Airku Melayu sedang dalam proses penerbitan
oleh penerbit Adi Cita, Yogyakarta. Selain itu, 6 buku cerita anak di mana tiga
judul di antaranya termasuk buku Inpres yakni Anak-anak Suku Laut (Pustaka Utama
Grafiti, 1994), Menembus Kabut (Depag RI, 1985), Menyingkap Rahasia di Bumi
Harapan (1997). Sebuah cerpennya, Rumah Besar Tanpa Jendela dimuat dalam Buku
Cerpen Horison Sastra Indonesia (Horison, 2001) dan diangkat ke sinetron oleh
Chaerul Umam ditayangkan di LaTivi (2002). Sering memenangkan Sayembara
Penulisan Sastra di antaranya Juara Pertama Penulisan Cerpen se-Indonesia (Bali
Post, 1992), Juara Pertama Penulisan Cerpen se-Indonesia (UNS Surakarta, 1993),
Juara Pertama Penulisan Puisi Lingkungan se-Indonesia (Sanggar Sastra
Banjarmasin, 1987) dan Juara Pertama Penulisan Puisi tingkat Mahasiswa
se-Indonesia pada Porseni tahun 1982) dan lain-lain. Sering pula memberikan
ceramah sastra dan budaya dan membaca puisi di sejumlah kota seperti Kuala Lumpur,
Singapura, Pekanbaru, Padang, Medan, Jambi, Lampung, Jakarta dan Bandung.
Pernah diundang oleh Unesco Korea Selatan tahun 1999
bersama dua budayawan Indonesia dan Negara-negara ASEAN lainnya pada ?99
Cultural Exchange Programme ASEAN-Republic of Korea di Seoul dan Kyong Ju.
Menghadiri dan membacakan puisi pada event sastra seperti Hari Sastra di
Malaysia, Pertemuan Puisi Indonesia 1987, Malam Bosnia (1995), Malam
Solidaritas Islam (1996), Gong Melayu 2001 (2001) dan Baca Sajak Tempuling Rida
K. Liamsi (2003), Cakrawala Sastra Indonesia (2004) ? semuanya di TIM Jakarta
dan Kongres Cerpen Indonesia di Pekanbaru (2006). Terakhir, membacakan
sajak-sajaknya di Laman Bujang Mat Syamsuddin, Bandar Serai, Dewan Kesenian
Riau, Pekanbaru, Maret 2004.
Selain aktif berkesenian, dia juga menjalani profesi
sebagai wartawan selama 20 tahun sejak 1979 dimulai dari LKBN Antara, Panji
Masyarakat, Prioritas, Media Indonesia dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).
Sering memenangkan Lomba Karya Jurnalistik di Riau. Saat ini bekerja pada
sebuah perusahaan pulp dan kertas di Pangkalan Kerinci, Pelalawan Riau dan
hidup bersama istri yang dianugerahi tiga anak.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhrunnas M.A. Jabbar “Kiamat
Kecil Di Sempadan Pulau”.2001.
Labels:
makalah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment