Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama adalah suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan men...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global merupakan momok yang mengerikan bagi para pengusaha industri ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini bera...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh b...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Judul : Kiamat Kecil Di Sempadan Pulau C. Pengarang ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rempah-rempah telah luas dikenal sebagai pemberi cita rasa atau bumbu dan disamping itu rempa...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahu...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain d...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur ’ an sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamn...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawa...
Kode
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2014
(36)
-
▼
August
(36)
-
▼
Aug 26
(31)
- MAKALAH IPA DAN TEKNOLOGI
- INTRAKSI SOSIAL
- INTRAKSI SPESIAL
- MAKALAH IMAN KEPADA RASUL
- MAKALAH ILMU TAJWID
- MAKALAH ILMU FILSAFAT
- MAKALAH IBADAH MADHA DAN GHOHIRU MADHA
- HUKUM KONTRAK
- MAKALAH HIDROGEN DAN MINYAK BUMI
- MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT
- MAKALAH HAK ASASI MANUSIA (HAM)
- MAKALAH HAKIKAT MANUSIA
- MAKALAH GIZI DAN KESEHATAN
- MAKALAH FILSAFAT
- MAKALAH FASILITAS
- FAKTUR TEMPORAL
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
- MAKALAH ENTOMOLOGI LABA-LABA
- MAKALAH DOSA BESAR DAN SYIRIK
- MAKALAH DEMAM BERDARAH
- MAKALAH DAMPAK EKONOMI
- CERPEN
- BUNGA LAWANG
- MAKALAH BUMI DAN ISINYA
- MAKALAH BUMI DAN ALAM SEMESTA
- Makalah Buah Manggis
- Basket
- Bahasa dan Masyarakat
- Bahasa dan Kebudayaan
- Aspek Pemasaran
- AGAMA (MANUSIA)
-
▼
Aug 26
(31)
-
▼
August
(36)
Categories
- makalah (36)
Jadikan Hari Mu lebih Berwarna Dengan Memabaca
Powered by Blogger.
Tuesday 26 August 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Entomologi adalah salah satu
cabang ilmu biologi yang mempelajari
serangga. Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon
bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Sebagai bagian dari komunitas ekosistem
bumi, serangga telah menjadi penentu keberadaan dan perkembangan ekosistem di
muka bumi. Interaksi antara serangga dengan manusia sudah berlansung sejak
manusia ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia. Nilai ekonomi serangga dapat mencapai trilyunan rupiah
setiap tahun. Nilai yang menguntungkan dapat berasal dari produk seperti madu,
royal jelly, sutera, jasa penyerbukan, agens hayati, perombak, pariwisata,
sumbangan dalam ilmu pengetahuan, dan peran dalam ekosistem. Jutaan ton produk
pertanian hilang karena kerusakan yang disebabkan oleh serangga. Begitu juga
kerugian yang besar akibat gangguan kesehatan hewan dan manusia yang disebabkan
oleh penyakit yang ditularkan dan disebarkan oleh serangga. Trilyunan rupiah
dana digunakan untuk biaya pengendalian hama tanaman, hama pascapanen, hama
permukiman serta penyakit pada tanaman, hewan dan manusia yang ditularkan oleh
serangga. Manusia sering memandang serangga secara antroposentris, yaitu
sebagai kelompok organanisme yang lebih banyak mendatangkan kerugian daripada
keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun pada hakekatnya aspek-aspek positif
dan manfaat serangga bagi kehidupan manusia jauh lebih besar dibandingkan
aspek-aspek yang merugikan. Dengan
belajar Entomogi kita bisa menempatkan serangga secara proporsional dalam
kehidupan, sehingga tidak memandang serangga sebagai hewan yang selalu
merugikan. Setelah mempelajari Bab I ini anda diharapkan mampu 1) menjelaskan
batasan dan ruang lingkup Entomologi, 2 menjelaskan berbagai cabang ilmu
entomologi, 3) menunjukan kedudukan serangga dalam phylum Artrophoda, 4)
menjelaskan kelimpahan dan habitat-habitat yang dihuni serangga 5) menjelaskan
peranan serangga dalam kehidupan manusia.
B.
Batasan Dan Ruang Lingkup Entomologi
Secara terbatas, Entomologi
adalah ilmu yang mempelajari serangga (insecta). Akan tetapi, arti ini
seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari Arthropoda (hewan
beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea),
serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda). Dimasukannya Arthropoda
lain sebagai bagian yang dibahas pada
Entomologi karena ada hubungan evolusioner/filogenetis dalam konteks pembahasan
taksomis dengan serangga. Selain itu dalam konteks fungsional Arthropoda lain
berperan sebagai pemangsa dan pesaing bagi serangga. Melalui entomologi kita
akan diajak memgenal serangga lebih jauh. Sebagai disiplin ilmu yang sudah
berkembang pesat entomologi kini dapat dibagi menjadi dua cabang ilmu yaitu
Entomologi Dasar dan Entomologi Terapan.
Entomologi Dasar dibagi lagi menjadi sub-cabang
ilmu yang lebih khusus antara lain:
1.
Morfologi
Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh serangga, biasanya lebih ditekankan kepada
bentuk dan struktur luar tubuh serangga.
2.
Anatomi
dan Fisiologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur organ
dalam serangga beserta fungsinya.
3.
Perilaku
(behavior) Serangga adalah ilmu yang mempelajari apyang dilakukan serangga,
bagaimana dan kenapa serangga melakukannya.
4.
Ekologi
Serangga adalah ilmu yang mempelajari hubungan serangga dengan lingkungannya
baik lingkungan biotic (organisme lain) maupun lingkungan abiotik, (faktor
fisik dan kimia).
5.
Patologi
Serangga adalah ilmu yang mempelajari serangga sakit baik tingkat individu
(patobiologi) maupun pada tingkat populasi (epizootiologi).
6.
Taksonomi
Serangga adalah ilmu yang mempelajari tatanama dan penggolongan serangga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Laba-laba
Laba-laba, atau
disebut juga labah-labah, adalah
sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda)
dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak
memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan
ke dalam kelas Arachnida. Bidang
studi mengenai laba-laba disebut arachnologi. Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora),
bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga.
Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku
Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada
musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya
sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi
semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang
tipis namun kuat-- dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di
bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu
pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa,
membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.
B.
Klasifikasi Laba-laba
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnida
Ordo
: Araneae
Genus : Salcitus
Spesies : Salcitus scenicus
Ø Keragaman Jenis
Hingga
sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan
digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini
begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali
tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum
terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba
seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.
Ordo laba-laba ini selanjutnya
terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:
·
Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak
berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan
kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.
·
Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok
laba-laba yang membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang
jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan
juga lancah maung.
·
Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’.
Kebanyakan laba-laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat
bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup kurang lebih 94% dari jumlah
spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring ke depan (dan
bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan digerakkan berlawanan arah
seperti capit dalam menggigit mangsanya.
Ø Cara hidup dan habitat
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit,
komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini,
misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat
luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
C.
Morfologi Laba-Laba
Tak seperti serangga yang
memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan
disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari
kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut)
atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis
yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat
empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang
bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat
bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis
laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi
sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut
atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat
pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya.
Mata pada laba-laba umumnya
merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti
pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu
baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang.
Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada
beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus,
termasuk dalam mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran
mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring
suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula
laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba
terletak pada rambut-rambut di kakinya (Anonim, Tanpa tahun).
Ø Anatomi Laba-Laba
Anatomi laba-laba, meliputi:
1.
esophagus,
lambung penghisap, sekum, rectum, kelenjar-kelenjar hepatic, saku kloaka dorsal
dan anus sebagai sistem digesti.
2.
Paru-paru
yang terdiri dari lamel-lamel yang berlipat dalam ruang pernafasan, jantung
pada bagian dorsal abdomen yang terletak di ruang pericardial dan menerima
darah melaluli sepasang ostium. Darah dipompa keluar melalui pembuluh-pembuluh
terus masuk ke sinus-sinus tubuh. Sinus ventral menghubungkan sinus-sinus itu
dengan paru-paru buku
3.
Tabung
Malphigi sebagai sistem eksresi
4.
Ganglion
ventral dan ganglion dorsal sebagai sistem saraf dan perasa
5.
Gonad
pada bagian ventral abdomen (Brotowidjojo, 1989).
Selain bagian bagian diatas
laba laba juga dapat membuat sarang atau dapat juga disebut sutra. Dari
penelitian yang dilakukan Vollrath (1998), laba-laba mengeraskan suteranya
dengan mengasamkannya. Vollrath memusatkan penelitiannya pada laba-laba taman
yang dikenal sebagai Araneus diadematus, dan memeriksa saluran yang dilalui
sutera sebelum keluar dari tubuhnya. Sebelum memasuki saluran ini, sutera
terdiri dari protein-protein sutera. Di dalam saluran ini, sel-sel khusus
mengeluarkan air dari protein-protein sutera tersebut. Atom-atom hidrogen yang
diambil dari air tersebut dipompakan ke bagian lain dari saluran dan
menghasilkan bak asam. Ketika protein-protein sutera bersentuhan dengan asam
tersebut, protein-protein ini melipat dan saling membentuk jembatan-jembatan
yang mengeraskan suteranya. Agar sutera terbentuk, diperlukan bahan-bahan lain
dengan segudang sifat yang beragam (Yahya, 2001).
Menurut Scheibel (2004),
kelenjar sutera menghasilkan suatu transisi dari ‘gel’ yang disimpan ke serabut
padat akhir. Gel yang dihasilkan oleh kelenjar dimasukkan ke dalam spinneret.
Laba-laba memiliki delapan spinneret, pada umumnya tersusun berpasangan.
Tekanan serabut protein di dalam suatu lingkungan mengandung air dikenal sebagai
‘ wet-spinning’. Proses ini mampu memproduksi serabut sutera dengan diameter
2.5-4 m pada laba-laba alami. Spinneret pada laba-laba merupakan suatu bagian
yang sangat maju sebagai alat untuk mengorganisir protein sutera. Secara rinci,
spinneret menciptakan suatu gradien konsentrasi protein, pH, dan tekanan, yang
mendorong protein sutera dalam bentuk gel untuk menjadi fase kristal. Permulaan
kelenjar pada spinneret kaya akan thiol dan tyrosine. Ketika proses pembuatan
sutera mulai, ampulla bertindak sebagai suatu kantung (gudang penyimpanan)
untuk serabut yang baru dihasilkan. Dari bagian ampulla, memutar saluran pipa
yang secara efektif memindahkan air dari sutera yang dihasilkan. Pengeluaran
sutera pada ujung distal saluran pipa, dan terdapat suatu klep. Klep tersebut
berfungsi untuk membantu menggabungkan lagi sutera yang patah atau rusak.
Spinneret pada Araneus diadematus terdiri dari
beberapa kelenjar, yaitu sebagai berikut:
1.
500
buah glandulae piriformes, berfungi untuk penunjuk pemasangan jaring.
2.
4 buah
glandulae ampullaceae, berfungsi untuk menghasilkan bingkai jarring.
3.
300
buah glandulae aciniformes, untuk lapisan kantung telur yang luar dan untuk
memperdaya mangsa.
4.
4
glandulae tubuliformes, untuk sutera kantung telur.
5.
4
glandulae aggregatae, berfungsi sebagai lem untuk saling menempelkan jaring.
6.
2
glandulae coronatae, berfungsi sebagai lem dalam bentuk benang (Anonim, Tanpa
tahhun).
Beberapa jenis laba-laba
mempunyai kelenjar yang berbeda-beda untuk menghasilkan sutera, misalnya untuk
konstruksi sarang, pertahanan terhadap predator, menangkap mangsa, atau
mobilitas. Komponen dan material sutera berbeda-beda antara satu bentuk dengan
bentuk yang lain, disesuaikan khusus untuk penggunaannya agar optimal. Sebagai
contoh, Argiope argentata mempunyai lima jenis sutera yang berbeda,
masing-masing jenis sutera untuk suatu tujuan yang berbeda, yaitu:
1.
Dragline
sutera, digunakan untuk komunikasi antar sarang. Memiliki ciri sekuat baja dan
tahan lama.
2.
Capture
spiral sutera, yang digunakan untuk menangkap mangsa, memiliki ciri lengket,
sangat kuat dan elastis.
3.
Tubiliform
sutera, digunakan dalam pembuatan kantung telur. Bersifat melindungi, terdiri
dari sutera paling kaku.
4.
Aciniform
sutera, digunakan untuk menangkap dan membungkus mangsa. Memiliki ciri 3 kali
lebih kuat daripada sutera yang lain.
5.
Minor
ampullate sutera, digunakan untuk perancah selama pembuatan konstruksi jaring.
D.
Reproduksi Pada Bangsa Laba-Laba
Semua makhluk hidup memiliki
mekanisme untuk mempertahankan eksistensi spesiesnya. Melalui mekanisme yang
disebut reproduksi, spesies-spesies bertahan dari kepunahan. Keturunan hanya
akan terjadi jika individu-individu yang melangsungkan perkawinan merupakan
spesies yang sama.
Tidak perlu berpanjang lebar
membahas reproduksi makhluk hidup secara umum, langsung pada pembahasan
mengenai perkembangbiakan pada laba-laba dan kerabatnya. Secara umum dapat
dikatakan Arachnida bereproduksi secara seksual dengan fertilisasi bersifat
internal, sama seperti pada manusia. Hanya saja perlu diketahui bahwa proses
yang berlangsung tidak sama dengan reproduksi pada manusia dan hewan tingkat
tinggi lainnya. Pada laba-laba dan arachnid lainnya, sperma individu jantan
dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan organ
genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet
sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada
beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.
Amblypygi (whip spider)
memiliki 5 tahapan dalam proses perkawinan (Weygoldt 2000). Dimulai dari tahap
percumbuan, ditandai dengan ritual tertentu sebagai bentuk persiapan. Pada
beberapa jenis jantan dan betina melakukan ‘tarian’ unik. Tahap selanjutnya
adalah pembentukan spermatophore sebagai alat transfer spermatozoa kepada
betina. Individu jantan kemudian melakukan atraksi untuk menarik/memikat sang
betina agar mengambil sperma dari spermatopore. Tahapan tersebut kemudian
diikuti dengan proses transfer spermatozoa dari spermatophore ke tubuh individu
betina. Keempat tahapan diakhiri dengan ritual pascakawin. Setiap tahapan di
atas bervariasi pada tiap jenis.
Laba-laba (khususnya
Araneomorphae, Entelegyne) memiliki mekanisme yang berbeda, sperma disimpan
dalam pilinan benang dan selanjutnya ditransfer ke organ khusus pada ujung
pedipalpi sang jantan. Proses percumbuan seringkali beresiko bagi jantan,
mengingat sifat dominan individu betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa
individu betina berasal dari jenis yang sama dan siap untuk kawin. Tarian
khusus dilakukan untuk menghindari pemangsaan oleh betina. Ritual percumbuan
sangat menentukan keberhasilan perkawinan, mengingat kesalahan sedikit dalam
ritme vibrasi atau sentuhan bisa berakibat fatal bagi sang jantan.
Jika proses percumbuan
berhasil, maka individu jantan dapat mentransfer spermanya ke tubuh sang betina
melalui organ yang disebut epygnum yang berada pada ventral abdomen. Laba-laba
menggunakan R-strategy dalam bereproduksi, artinya menghasilkan banyak anak.
Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi, betina dapat menghasilkan ribuan
telur. Adelocosa anops (Lycosidae) dari beberapa gua di Hawaii hanya
menghasilkan 15-30 butir telur (Kendall & Reyer 2006), meskipun pada
lycosid epygean setidaknya menghasilkan 100 butir telur. Mengingat tingkat
reproduksi yang rendah dan tekanan kerusakan habitat, jenis troglobit tersebut
telah masuk list endangered.
Telur laba-laba disimpan dalam
kantong, yang memiliki fungsi utama untuk melindungi telur dan menjaga
kelembaban agar tetap stabil. Induk betina memiliki mekanisme berbeda-beda
dalam menjaga telur, antara lain dengan menyimpan dalam sarang, membawanya
dengan chelicera, atau menempelkan pada ventral menggunakan benang. Betina pada
beberapa jenis mati setelah bertelur.
Beberapa jenis laba-laba dan
arachnid lainnya memiliki perhatian khusus pada anak-anak mereka. Bentuk
perhatian tersebut misalnya dengan menggendong di bagian dorsal abdomen, atau
dengan cara memberikan makanan selama bayi-bayi masih lemah.
E.
Kelompok Laba-laba
Ø Arachnoidea
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba)
disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba
saja.Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya
sekitar 32 spesies.Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya
lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm.Arachnoidea merupakan hewan terestrial
(darat) yang hidup secara bebas maupun parasit.Arachnoidea yang hidup bebas
bersifat karnivora.Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida,
Arachnida, dan Acarina.Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen
abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan
ketunggeng ( Buthus after).Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki
kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah
Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila
maculata).Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, contohnya adalah caplak
atau tungau (Acarina sp.).
Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea
yang sering kita jumpai, yaitu laba-laba.Tubuhnya terdiri dari dua bagian,
yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian
posterior.Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan
bagian toraks (dada).Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat
sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk
berjalan.Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut.
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari
mesosoma dan metasoma.Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang
merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas.Didalam spineret
terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus
atau kelenjar benang abdomen.Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik.Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea.Paru-paru
buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada
bagian abdomen.Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus )
Malpighi.Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini
terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus.Selain Tubula Malpighi,
ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal.Kelenjar koksal merupakan
kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki
insecta).
Ø
Myriapoda
Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria =
banyak, podos = kaki) merupakan hewan berkaki banyak.Hewan kaki seribu adalah
salah satunya yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar kita.Myriapoda
hidup di darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan
kayu.Bagian tubuh Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan abdomen.Tubuhnya
memanjang seperti cacing.
Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula
(rahang bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli
(mata tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota badan
pada tiap segmennya.Setiap segmen terdapat lubang respirasi yang disebut
spirakel yang menuju ke trakea.Ekskresinya dengan tubula malpighi.Myriapoda
bersifat dioseus dan melakukan repsroduksi seksual secara internal.Myriapoda
dibedakan menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan Diplopoda.
Ø Chilopoda
Kelompok hewan ini dikenal sebagai kelabang.Tubuhnya
memanjang dan agak pipih.Pada kepalanya terdapat antena dan mulut dengan
sepasang mandibula dan dua pasang maksila.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat
kaki dan sepasang spirakel.Pasangan pertama kaki termodifikasi menjadi alt
beracun.Alat penyengat digunakan unutk menyengat musuh atau
pengganggunya.Sengatannya menimbulkan bengkak dan rasa sakit.Contoh hewan ini
adalah kelabang (scutigera sp.).
Ø
Diplopoda
Hewan pada ordo ini dikenal dengan kaki seribu, meskipun
jumlah kakinya bukan berjumlah seribu.Ada yang menyebutkan nama lain seperti
keluwing.Tubuhnya bulat panjang.Mulutnya terdiri dari dua pasang maksila dan
bibir bawah.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan dua pasang
spirakel.Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya hewan ini bersifat
hebivora atau pemakan sisa organisme.Gerakkan hewan ini lambat dengan kaki yang
bergerak seperti gelombang.Bila terganggu hewan ini akan menggulungkan tubuhnya
dan pura-pura mati.Contoh hewan ini adalah kaki seribu(lulus sp.).
Ø Crustacea
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki
kulit yang keras.Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini.
Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun
ada yang hidup di darat.Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan
ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca.
Ø Entomostraca
Entomostraca adalah crustacea yang berukuran mikroskopik,
hidup sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada yang sebagai
parasit.Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan Cyclops sp.
Ø Malacostraca
Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar
dari pada entomostraca.Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster,
dan kepiting.Berikut akan dibahas sedikit mengenai urain hewan kelompok satu
ini.
Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk melindungi
tubuhnya.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks yang menyatu
membentuk sefalotoraks, serta abdomen.Dibagian sefalotoraks dilindungi oleh
eksoskeleton yang keras berupa karapaks.Karapaks memiliki duri di ujung
anterior yang disebut rostrum.Di dekat rostrum terdapar mata faset ( majemuk)
yang bertangkai.Pada kaput sefalotoraks merupakan penyatuan lima
segmen.Dibagian kaput terdapat sepasang antenula, sepasang antena, dan tiga
pasang bagian mulut.Antenula berfungsi sebagai alat peraba, sedangkan antena
sebagai alat keseimbangan tubuh.Tiga pasang mulut terdiri dari sepasang
mandibula dan dua pasang maksila.Pada bagian toraks terdiri dari delapan
segmen, terdapat tiga pasang maksiliped, sepasang seliped, dan empat pasang
kaki jalan(periopod).
Maksiliped tersebut berfungsi sebgai penyaring makanan.Seliped
berfungsi untuk mencari makanan dan melindungi diri dari musuh.Pada bagian
abdomen terdapat lima pasang kaki renang (pleopod).Pada ujung posterior
terdapat telson dan sepasang alat kemudi untuk berenang (urupod).Pada udang
jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu menjadi gonopod.Gonopod berfungsi
sebagai penyalur sperma saat kopulasi.Sedangkan pada wanita berfungsi untuk
melekatkan telur dan membawa anaknya.Saluran pencernaan udang terdiri dari
mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian
bawah sefalotoraks.Lambung ( terletak di sefalotoraks ) dan usus ( terletak di
abdomen ) berada disepanjang bagian dorsal tubuh.Hati yang merupakan kelanjar
pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.makanan udang berupa berudu,
larva, serangga, dan ikan-ikan kecil.Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat
kelenjar hijau yang terletak di kepalanya.Pernapasan dilakukan dengan insang
yang terdapat di bagian ventral tubuhnya dekat kaki.Sistem peredaran darah
terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan sinus yang rongganya berdinding
tipis.Organ kelamin bersifat dioseus.
Ø Insecta
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).Banyak
anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu,
nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah.Ciri
khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah.
Karena itu pula sering juga disebut hexapoda.
Karena itu pula sering juga disebut hexapoda.
Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar,
laut dan darat.Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang
dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput,
toraks, dan abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya
sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli).Insecta
memiliki organ perasa disebut palpus.
Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh.Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus.
Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh.Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus.
F.
Perkembangbiakan Laba-laba
Dalam
kehidupan laba-laba, umumnya laba-laba jantan lebih kecil dari betinanya. Sebab
itu, biasanya setelah kawin, laba-laba betina akan segera memangsa perjantan.
Untuk mencegah dimangsa oleh betinanya, laba-laba jantan akan mengalihkan
perhatian pasangannya dengan memberikan mangsa lain atau laba-laba jantan
membuat betina tidak dapat bergerak bebas dengan mengikat benang sutra selama
kawin.
Setelah
proses perkawinan berakhir, laba-laba jantan harus segera menjauh secepat
mungkin untuk menghindari dimakan oleh sang betina.
Pada musim
semi, sebagian besar laba-laba bertelur. Bentuk telurnya membulat dengan
diameter kira-kira 1 mm dan jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenisnya.
Laba-laba betina mengeluarkan semua telurnya pada saat yang dan membuat
"kokon" tunggal (selubung yang terbuat dari benang-benang halus untuk
melindungi telur). Untuk melindungi kokonnya, beberapa laba-laba
menyembunyikannya dalam tumbuhan atau di bawah batuan, dan induknya menjaga
didekatnya. Pada laba-laba jenis lain, si betina lebih suka membawa kokon
berisi telur seperti ransel. Pada laba-laba jenis tertentu, setelah telur
menetas, anak-anak laba-laba memanjat punggung induknya dan ikut bersamanya
selama tahap awal perkembanga.
Pada umunya,
laba-laba mengalami pertumbuhan langsung. Karena itu, bayi laba-laba sangat
serupa dengan laba-laba dewasa. Akan tetapi jika telur terbuka, laba-laba yang
baru lahir sebagian besar tidak mempunyai pertahanan dan beberapa bagian
tubuhnya belum ada, misalnya laba-laba yang baru lahir belum bermata dan
kakinya belum dapat digunakan. Jika telur menetas, larva kecil dan belum dapar
bergerak muncul dan bertahan hidup dari persediaan makanan. Kemudian larva
tersebut menjadi nimfa, yang mampu mencari makanan sendiri. Dalam dalam
perkembangan dan selama hidupnya dapat berganti kulit 5 sampai 10 kali, serta
biasanya selama berganti kulit mereka bergantung terbalik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora),
bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga.
Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku
Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada
musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya
sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi
semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang
tipis namun kuat-- dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di
bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu
pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa,
membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Labels:
makalah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
i need help please this for my school project thankyou so much
https://tarantulass.visualsociety.com
.
Post a Comment