Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama adalah suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan men...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global merupakan momok yang mengerikan bagi para pengusaha industri ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini bera...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh b...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Judul : Kiamat Kecil Di Sempadan Pulau C. Pengarang ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rempah-rempah telah luas dikenal sebagai pemberi cita rasa atau bumbu dan disamping itu rempa...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahu...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain d...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur ’ an sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamn...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawa...
Kode
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2014
(36)
-
▼
August
(36)
-
▼
Aug 26
(31)
- MAKALAH IPA DAN TEKNOLOGI
- INTRAKSI SOSIAL
- INTRAKSI SPESIAL
- MAKALAH IMAN KEPADA RASUL
- MAKALAH ILMU TAJWID
- MAKALAH ILMU FILSAFAT
- MAKALAH IBADAH MADHA DAN GHOHIRU MADHA
- HUKUM KONTRAK
- MAKALAH HIDROGEN DAN MINYAK BUMI
- MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT
- MAKALAH HAK ASASI MANUSIA (HAM)
- MAKALAH HAKIKAT MANUSIA
- MAKALAH GIZI DAN KESEHATAN
- MAKALAH FILSAFAT
- MAKALAH FASILITAS
- FAKTUR TEMPORAL
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
- MAKALAH ENTOMOLOGI LABA-LABA
- MAKALAH DOSA BESAR DAN SYIRIK
- MAKALAH DEMAM BERDARAH
- MAKALAH DAMPAK EKONOMI
- CERPEN
- BUNGA LAWANG
- MAKALAH BUMI DAN ISINYA
- MAKALAH BUMI DAN ALAM SEMESTA
- Makalah Buah Manggis
- Basket
- Bahasa dan Masyarakat
- Bahasa dan Kebudayaan
- Aspek Pemasaran
- AGAMA (MANUSIA)
-
▼
Aug 26
(31)
-
▼
August
(36)
Categories
- makalah (36)
Jadikan Hari Mu lebih Berwarna Dengan Memabaca
Powered by Blogger.
Tuesday 26 August 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari istemologepi.
Contoh:
·
Ilmu
Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari.
·
Ilmu
psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya
dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi
menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
BAB II
PEMABAHASAN
A. Pengertian Ilmu Filsafat
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999),
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan
campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik
dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah
digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu
merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan
lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini
senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan
(sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi
pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada
dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu,
tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang
hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang
kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan
filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu
“ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu
menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus
dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada”
(being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih
pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain
sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan
epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju
sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai,
ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.
Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento
Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu,
kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu,
simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi
penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat
ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya,
prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam
konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan
dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.
Filsafat adalah ilmu
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pengertian filsafat menurut para tokoh :
- Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat
adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak
terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan
- Menurut Plato (
427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
- Aristoteles (384-322
SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan
asas segala benda.
- Marcus Tullius Cicero (106 – 43
SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu
yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
- Al Farabi (wafat
950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekatnya yang sebenarnya.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
- Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang
tinggi.
- Berfikir secara sistematis.
- Menyusun suatu skema konsepsi, dan
- Menyeluruh.
Tiga persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
- Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini
dipelajari oleh Metafisika
- Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini
dikupas oleh Epistemologi.
- Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi
Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan
tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
- Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang
sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya
kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu
materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
- Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan
dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini
adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
- Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia
batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
- Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang
tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung
kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
- Sebagai dasar dalam bertindak.
- Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
- Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
- Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang
selalu berubah.
B. Tokoh-tokoh Ilmu Filasafat
1.
AL-KINDI
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin
Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin Kays Al-Kindi. Beliau biasa
disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kufah. Keturunan dari suku
Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak dari anak yang bernama Yusuf) nama
orang tuanya Ishaq Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada
masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.
Nama Al-Kindi adalah merupakan nama
yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah
suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka
ini mempunyai kebudayaan yang tinggi. Sebagai orang yang dilahirkan di kalangan para intelektual,
maka pendiidkan yang pertama-tama diterima adalah membaca Al-Qur’an, menulis,
dan berhitung. Disamping itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama,
juga menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria kuno, dan bahasa
Arab.
Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangan-karangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme; dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan Plato.
Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangan-karangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme; dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan Plato.
·
Pendapat tentang filsafat
Al-Kindi
berpendapat filsafat merupakan pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu, dan
ini mengandung teologi (al-rububiyah), ilmu tauhid, etika dan
seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat
2.
AL-FARABI
Ia adalah Abu Nashr Muhammad bin
Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana
ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin
dengan seorang wanita Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan.
Karena itu, Al-Farabi dikatakan berasal dari keturunan Turkestan dan
kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.
Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar
dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa. Bahasa-bahasa yang
dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkistan, dan Kurdistan. Nampaknya ia
tidak mengenal bahasa Yunani dan Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan
dan filsafat pada waktu itu.
Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan
negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan
pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama
berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.
Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.
Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.
Sebagian besar karangan-karangan
Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles,
Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika.
Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal
sebagai pengulas Aristoteles.
·
Pendapat Tentang Filsafat
menurut Al-Farabi filsafat
adalah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
3.
IBNU SINA
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa
kekacauan, dimana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri
yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan
diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan
Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan
kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.
Di antara daerah-daerah yang berdiri
sendiri ialah Daulah Samani di Bukhara, dan di antara khalifahnya ialah Nuh bin
Mansur. Pada masanya, yaitu di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang
bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di
Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi,
sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika,
fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran
pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
Belum lagi usianya melebihi enam-belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori-teori kedokteran, taoi juga melakukan praktek dan mengobati orang-orang sakit.
Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.
Belum lagi usianya melebihi enam-belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori-teori kedokteran, taoi juga melakukan praktek dan mengobati orang-orang sakit.
Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.
Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang
khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari
buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan atau pun buku-buku yang berisi
campuran berbagai persoalan filsafat.
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan
tidak dapat diremehkan, baik pada dunia piker Arab sejak abad kesepuluh Masehi
sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great,
Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan
pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.
Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.
Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.
·
Pendapat tentang filsafat
Ibnu Sina mengaitkan filsafat dan kesempurnaan diri:
filsafat adalah penyempurnaan jiwa manusia melalui pengkonsepsian hal ihwal dan
penimbangan kebenaran-kebenaran teoritis dan praktis dalam batas-batas
kemampuan manusia.
4.
IBNU RUSYD
Nama lengkapnya Abul Walid Muhammad bin
Ahmad bin Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari kalangan
keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di
Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan kakeknya yang terkenal
dengan sebutan “Ibnu Rusyd kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim di
Cordova.
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar
dan pengulas yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap
ilmu sukar dicari bandingannya, karena menurut riwayat, sejak kecil sampai
tuanya ia tidak pernah terputus membaca dan menelaah kitab, kecuali pada malam
ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.
Karangannya meliputi berbagai ilmu,
seperti: fiqih, ushul, bahasa, kedokteran, astronomi, politik, akhlak, dan
filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya.
Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, atau ulasan, atau
ringkasan. Karena sangat tinggi penghargaannya terhadap Aristoteles, maka tidak
mengherankan kalau ia memberikan perhatiannya yang besar untuk mengulaskan dan
meringkaskan filsafat Aristoteles.
Ibnu Rusyd adalah tokoh pikir Islam yang paling kuat, paling dalam pandangannya, paling hebat pembelaannya terhadap akal dan filsafat, sehingga ia benar-benar menjadi filosof-pikiran dikalangan kaum Muslimin.Pada garis besar filsafatnya, ia mengikuti Aristoteles dan berusaha mengeluarkan pikiran-pikirannya yang sebenarnya dari celah-celah kata-kata Aristoteles dan ulasan-ulasannya. Ia juga berusaha menjelaskan pikiran tersebut dan melengkapkannya, terutama dalam lapangan ketuhanan, di mana kemampuannya yang tinggi dalam mengkaji berbagai persoalan dan dalam mempertemukan antara agama dengan filsafat nampak jelas kepada kita.
Ibnu Rusyd adalah tokoh pikir Islam yang paling kuat, paling dalam pandangannya, paling hebat pembelaannya terhadap akal dan filsafat, sehingga ia benar-benar menjadi filosof-pikiran dikalangan kaum Muslimin.Pada garis besar filsafatnya, ia mengikuti Aristoteles dan berusaha mengeluarkan pikiran-pikirannya yang sebenarnya dari celah-celah kata-kata Aristoteles dan ulasan-ulasannya. Ia juga berusaha menjelaskan pikiran tersebut dan melengkapkannya, terutama dalam lapangan ketuhanan, di mana kemampuannya yang tinggi dalam mengkaji berbagai persoalan dan dalam mempertemukan antara agama dengan filsafat nampak jelas kepada kita.
·
Pendapat Tentang Filsafat
Ketika hendak meninggal, beliau (Ibnu
Rusyd) mengeluarkan kata-katanya yang terkenal:
“Akan mati rohku karena matinya filosof”.
“Akan mati rohku karena matinya filosof”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi
pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada
dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu,
tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang
hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang
kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan
filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu
“ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Tokoh-tokoh muslim sangat berpengaruh
penting dalam bidang filsafat dan mereka memiliki sudut pandang yang berbeda
mengenai ilmu filsafat ini sehingga kita dapat menyimpulkan dari
pandangan-pandangan tersebut bahwa filsafat nerupakan ilmu yang tidak dapat
dipisahkan dengan akal maupun hati atau jiwa seseorang.
B. Saran
Filsafat merupakan ilmu yang dapat
memberikan kebijaksanaan yang hakiki pada orang yang mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, oleh sebab itu salah satu cara mempelajari filsafat adalah dengan
mengetahui tokoh-tokoh dan pendapat mereka tentang filsafat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Atjeh, Sejarah
Filsafat Islam, (Sala: Ramadani, 1982), cet. II
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan
Bintang, Jakarta : 1996Sudarsono, Ilmu Filsafat – Suatu Pengantar,
Rineka Cipta, Jakarta : 2001
C.A. Qadir, Filsafat dan Imu
Pengetahuan dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 1991)
Labels:
makalah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment