Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama adalah suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan men...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global merupakan momok yang mengerikan bagi para pengusaha industri ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini bera...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh b...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Judul : Kiamat Kecil Di Sempadan Pulau C. Pengarang ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rempah-rempah telah luas dikenal sebagai pemberi cita rasa atau bumbu dan disamping itu rempa...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science), merupakan pengetahu...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain d...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur ’ an sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamn...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawa...
Kode
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2014
(36)
-
▼
August
(36)
-
▼
Aug 26
(31)
- MAKALAH IPA DAN TEKNOLOGI
- INTRAKSI SOSIAL
- INTRAKSI SPESIAL
- MAKALAH IMAN KEPADA RASUL
- MAKALAH ILMU TAJWID
- MAKALAH ILMU FILSAFAT
- MAKALAH IBADAH MADHA DAN GHOHIRU MADHA
- HUKUM KONTRAK
- MAKALAH HIDROGEN DAN MINYAK BUMI
- MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT
- MAKALAH HAK ASASI MANUSIA (HAM)
- MAKALAH HAKIKAT MANUSIA
- MAKALAH GIZI DAN KESEHATAN
- MAKALAH FILSAFAT
- MAKALAH FASILITAS
- FAKTUR TEMPORAL
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
- MAKALAH ENTOMOLOGI LABA-LABA
- MAKALAH DOSA BESAR DAN SYIRIK
- MAKALAH DEMAM BERDARAH
- MAKALAH DAMPAK EKONOMI
- CERPEN
- BUNGA LAWANG
- MAKALAH BUMI DAN ISINYA
- MAKALAH BUMI DAN ALAM SEMESTA
- Makalah Buah Manggis
- Basket
- Bahasa dan Masyarakat
- Bahasa dan Kebudayaan
- Aspek Pemasaran
- AGAMA (MANUSIA)
-
▼
Aug 26
(31)
-
▼
August
(36)
Categories
- makalah (36)
Jadikan Hari Mu lebih Berwarna Dengan Memabaca
Powered by Blogger.
Tuesday 26 August 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur’an sebagai kitab suci rahmatan lil
‘alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamnya mengandung berbagai macam
ilmu, hukum, teologi, sosial, dan sebagainya. Untuk itu perlu mengetahui dan
memahami perbedaan bacaan al-quran serta implikasinya terhadap makna dari lafal
itu sendiri.
Al-Qur’an dipelajari untuk memahami makna atau
pesan dibalik teks. Maka untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Qur’an perlu memahami qira’at dan cara membaca Al-Qur’an dengan benar, cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar bisa
dipelajari dengan ilmu tajwid.
B. Rumusan Masalah
Disusunnya makalah ini yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tajwid”
bertujuan untuk :
1.
Mengetahui tentang sejarah munculnya
ilmu tajwid.
2.
Mengetahui tentang perkembangan ilmu
tajwid sejak zaman dahulu (zamanRasulullah SAW) sampai zaman sekarang.
3.
Mengetahui pengertian ilmu tajwid.
4.
Mengetahui pengertian qiraat.
5.
Mengetahui hubungan ilmu tajwid dengan qira’at.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Ilmu Tajwid
Jika
dibincangkan kapan bermulanya ilmu Tajwid, maka kenyataan menunjukkan bahwa
ilmu ini telah bermula sejak dari al-Qur’an itu diturunkan kepada Rasulullah
SAW. Ini kerena Rasulullah SAW sendiri diperintah untuk membaca al-Qur’an dengan tajwid dan tartil seperti
yang disebut dalam surat al-Muzammil ayat 4.
وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا
"Bacalah al-Quran itu dengan
tartil (perlahan-lahan)."
Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan yang tartil. Sayyidina Ali r.a apabila ditanya
tentang apakah maksud bacaan al-Qur’an secara tartil itu, maka beliau
menjawab "adalah membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan pada setiap
huruf dan berhenti pada tempat yang betul”.
Ini menunjukkan
bahwa pembacaan al-Qur’an bukanlah suatu ilmu hasil dari Ijtihad (fatwa) para
ulama' yang diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur’an dan Sunnah, tetapi
pembacaan al-Qur’an adalah suatu yang Taufiqi (diambil terus) melalui riwayat
dari sumbernya yang asli, yaitu sebutan dan bacaan Rasulullah SAW.
Para sahabat r.a
adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada generasi umat
Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah atau mengurangi apa yang telah
mereka pelajari itu, karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah SWT dan
begitulah juga generasi setelah mereka.
Walau
bagaimanapun, apa yang dikira sebagai penulisan ilmu Tajwid yang paling awal
ialah apabila bermulanya kesadaran perlunya Mushaf Utsmaniah yang ditulis oleh
Sayyidina Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya, baris-baris bagi
setiap huruf dan perkataannya. Gerakan ini telah diketuai oleh Abu Aswad
Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. Apabila pada masa itu Khalifah umat
Islam memikul tugas untuk berbuat demikian ketika umat Islam mulai melakukan-kesalahan dalam bacaan.
Ini karena semasa
Sayyidina Utsman menyiapkan Mushaf al-Qur’an dalam enam atau tujuh buah itu. beliau telah membiarkannya tanpa
titik-titik huruf dan baris-barisnya karena memberi keluasan kepada para
sahabat dan tabi’in pada masa itu untuk membacanya sebagaimana yang mereka
telah ambil dari Rasulullah SAW sesuai dengan Lahjah (dialek)
bangsa Arab yang bermacam-macam. Tetapi setelah berkembang luasnya agama Islam
ke seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma dan Parsi ke tangan umat Islam pada
tahun 1 dan 2 Hijriah, bahasa Arab mulai bercampur dengan bahasa penduduk-penduduk yang
ditaklukkan umat Islam. Ini telah menyebabkan berlakunya kesalahan yang banyak
dalam penggunaan bahasa Arab dan begitu juga pembacaan al-Qur’an. Maka al-Qur’an Mushaf Utsmaniah telah diusahakan
untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam membacanya dengan penambahan baris
dan titik pada huruf-hurufnya bagi karangan ilmu qira’at yang paling awal sepakat, yang diketahui
oleh para penyelidik ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu 'Ubaid Al-Qasim
Ibnu Salam dalam kitabnya "Al-Qira’at" pada kurun ke-3 Hijriah.
Akan tetapi ada yang
mengatakan, apa yang telah disusun oleh Abu 'Umar Hafs Ad-Duri dalam ilmu Qira’at adalah lebih awal. Pada kurun ke-4
Hijriah pula, lahir Ibnu Mujahid Al-Baghdadi dengan karangannya "Kitabus
Sab'ah", dimana beliau adalah orang yang mula-mula mengasingkan qira’at
kepada tujuh imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan dan Mushaf Utsmaniah yang
berjumlah tujuh naskah. Kesemuanya pada masa itu karangan ilmu tajwid yang
paling awal, barangkali tulisan Abu Mazahim Al-Haqani dalam bentuk qasidah
(puisi) ilmu tajwid pada akhir kurun ke-3 Hijriah adalah yang terulung.
Selepas itu
lahirlah para ulama yang tampil memelihara kedua ilmu ini dengan
karangan-karangan mereka dari masa ke masa seperti Abu 'Amr Ad-Dani dengan
kitabnya At-Taysir, Imam Asy-Syatibi Tahani dengan kitabnya "Hirzul Amani
wa Wajhut Tahani" yang menjadi tonggak kepada karangan-karangan tokoh-tokoh
lain yang sezaman dan yang setelah mereka. Tetapi yang jelas dari
karangan-karangan mereka ialah ilmu tajwid dan ilmu qira’at senantiasa bergandengan, ditulis
dalam satu kitab tanpa dipisahkan pembahasannya, penulisan ini juga diajarkan
kepada murid-murid mereka. Kemudian lahir pula seorang tokoh yang amat
penting dalam ilmu tajwid dan qira’at yaitu Imam (ulama) yang lebih
terkenal dengan nama Ibnul Jazari dengan karangan beliau yang masyhur yaitu
"An-Nasyr", "Toyyibatun Nasyr" dan "Ad-Durratul
Mudhiyyah" yang mengatakan ilmu qira’at adalah sepuluh sebagai pelengkap
bagi apa yang telah dinyatakan Imam Asy-Syatibi dalam kitabnya "Hirzul
Amani" sebagaiqira’at tujuh. Imam Al-Jazari juga telah mengarang karangan yang berasingan bagi
ilmu tajwid dalam kitabnya "At-Tamhid" dan puisi beliau yang lebih
terkenal dengan nama "Matan Al-Jazariah". Imam Al-Jazari telah
mewariskan karangan-karangannya yang begitu banyak berserta bacaannya, yang kemudian menjadi ikutan dan
panduan bagi karangan-karangan ilmu tajwid dan qira’at serta bacaan al-Qur’an hingga hari ini.
B. Sejarah Perkembangan Tajwid
Dari sejarah pula,
perkembangan ilmu tajwid bermula sejak zaman Rasulullah SAW, Rasulullah
menerima wahyu dari Jibril sudah dengan bertajwid, hanya pada masa itu tidak
ditekankan hukumnya dengan terperinci dan dibukukan. Orang yang mula-mula
sekali membukukan ilmu ini ialah Imam Al-‘Azim Abu Abid Qasim bin Salam pada
kurun yang ke 3 Hijriah. Namun ada pendapat lain pula mengatakan, orang yang mula-mula membukukan
ilmu ini ialah Hafs bin ‘Umar al-Duri.
Ilmuwan sejarah juga menyatakan perkembangan
ilmu tajwid di zaman Rasulullah SAW seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu lain.
Walaupun begitu, seluruh hukum yang berkaitan seperti hukum nun sakinah, mim
sakinah, mad, waqaf dan sebagainya belum dinamakan dan dibukukan.
Penulisan dalam
ilmu tajwid sejak dulu dan sekarang tidak begitu banyak, puncak utama ialah
karena pembahasan ilmu itu sendiri yang tidak begitu meluas dan kandungan
babnya tidak banyak. Selain dari itu ia lebih tertumpu kepada latihan amali dan
jarang sekali didapati ia diajar dalam bentuk kuliah dan perbincangan hukum
semata-mata. Kitab yang pertama dalam ilmu tajwid ialah dalam bentuk nazam
(syair). Ia telah dihasilkan oleh Abu Mazahim al-Khaqani yang wafat pada tahun
325 hijrah yaitu di akhir kurun yang ke 3 hijrah. Nazam tersebut dianggap yang
terawal dalam ilmu tajwid.
Di Malaysia,
sejarah perkembangan ilmu tajwid adalah selari dengan sejarah perkembangan
Islam. Mengikut pendapat ahli sejarah, Islam mula bertapak di Malaysia pada
abad ke 15 di mana Malaka telah muncul sebagai pusat perdangangan yang penting di Asia Tenggara.
Para pedagang termasuk pedagang Arab telah datang ke Melaka untuk berdagang. Di
samping berdagang, mereka juga menyebarkan Agama Islam. Mengikut sejarah Melayu,
Raja Melaka yang pertama yaitu Parameswara telah diIslamkan oleh Sheikh Abdul
Aziz dari Mekah pada tahun 1414 yang kemudian menikah dengan puteri Islam dari
Pasai. Melalui perkembangan Islam inilah, para mubaligh dari Arab telah
mengajar al-Qur’an dan perkara-perkara lain yang berkaitan dengan sunnah Nabi.
Di dalam
pengajaran al-Qur’an, ilmu tajwid diberi penekanan yang serius agar pembacaan umat Islam
betul dan mengikut apa yang telah disunahkan oleh Rasulullah. Usaha mengajar
al-Quran dijalankan melalui madrasah-madrasah, rumah-rumah individu (tokoh
imam) dijalankan oleh para mubaligh dari negeri Arab. Mereka menjalankan
pengajian al-Qur’an secara bersemuka bertujuan orang yang diajar dapat membaca al-Qur’an dengan bertajwid, dari sinilah
bermulanya perkembangan ilmu tajwid di Malaysia.
Pada peringkat
awal ramai mubaligh asing terutama dari arab dan India datang ke Malaka untuk menyebarkan dakwah islam.
Setelah beberapa lama lahirlah pula para mubaligh yang terdiri dari anak-anak
tempatan Malaka. Mereka inilah yang meneruskan perjuangan menyebarkan islam dan
pembacaan al-Qur’an bertajwid kepada penduduk-penduduk tempatan dan negeri-negeri lain
di persekitaran. Konsep dakwah yang disarankan oleh islam turut
mempengaruhi faktor penyebaran Islam (Al-Qur’an dan Syariat Islam). Setiap individu
islambertanggungjawab menyampaikan ajaran ini kepada orang lain, telah
menyebarluaskan lagi islam di Malaysia.
Sejarah juga
menyatakan bahawa Islam sampai ke Kedah pada 291 H (903 M) dengan penemuan batu
nisan tertua di Tanjung Inggris. Di negeri Kelantan pula pada tahun 577H (1181
M) dengan penemuan dinar emas di Kota Kubang Labu, Tumpat. Penemuan Batu
Bersurat di Terengganu pada 702H (1302M) membuktikan bahawa negeri Terengganu
juga menerima Islam. Ini karena diyakini oleh ahli sejarah Islam bahawa
perkembangan pengajian al-Qur’an dan tajwid juga bermula dari tarikh
dan tempat tersebut.
Mengikut sejarah perkembangan ilmu tajwid,
penyusun ilmu tajwid yang pertama dalam bahasa Melayu adalah seorang ulama yang
bernama Muhammad Salih bin Ibnu Mu’ti bin Syeikh Muhammad Salih al- Kalantani.
Asal usulnya tidak diketahui tetapi mengikut sejarah nama di akhir adalah
al-Kalantani, berkemungkinan beliau berasal dari Kelantan. (nama ini terdapat
dalam sebuah buku karya beliau).
Berdasarkan kepada
bukunya mengenai ilmu tajwid, yang bertajuk“Mir’atul Quran fi Tashili
Ma’rifati Ahkamit Tajwid lil Mulkil Wahhab” dihasilkan pada tahun 1193H
bersamaan 1779M adalah tarikh terawal mengenai ilmu itu yang ditulis dalam
bahasa Melayu. Beliau juga telah mengambil kitab tafsir Bahasa Melayu
“Turjumanul Mustafid”, Karya Abdul Rauf bin Ali al-Fansuri yang merupakan
terjemahan dan tafsir al-Quran yang pertama dalam bahasa Melayu. Buku ilmu
tajwid karya Ibnu Syeikh Abdul Mu’ti ini telah disalin semula oleh Tuan Guru
Haji Mahmud bin Muhammad Yusuf Terengganu bermula pada tahun 1235 H (1819) M
dan disiapkan pada tahun 1265 H bersamaan 1848 M. (mengambil masa sekitar 42
tahun untuk menyiapkannya).
Terdapat juga
beberapa orang ulama dari kerajaan Sambas, Indonesia yang telah menulis ilmu
tajwid dalam versi Melayu, diantaranya ialah Haji Khairuddin ibnu Haji
Qamaruddin Sambas, yang telah menulis beberapa buah buku termasuklah ilmu
tajwid tetapi tidak dinyatakan tarikhnya. Kandungannya membincangkan ilmu
tajwid secara lengkap untuk peringkat asas (Koleksi tulisan Allahyarham Wan
Mohd Shaghir Abdullah, internet 5 Mei 2008 - senin). Seorang lagi Ulama Sambas
yang menulis tajwid ialah Haji Mohd Yasin bin Al-Haji Muhammad Sa’ad Sambas di
mana buku tajwid yang ditemui di karang oleh beliau ialah “ Ilmu Tajwid”.
Buku ini
diselesaikan di Mekah waktu Dhuha, hari Sabtu bersamaan 20 Syawal 1285 H.
Kandungannya menjelaskan tentang ilmu Tajwid al-Quran. Pada bagian awal ditulis
dalam Bahasa Arab yang diberi makna dalam bahasa Melayu. Bagian kedua semuanya
menggunakan bahasa Melayu. Manuskrip ini diperoleh di Pontianak Kalimantan
Barat. Ia pernah dimiliki oleh salah seorang keturunan Kerabat Diraja Kerajaan
Pontianak. Tarikh Perolehan ialah pada 11 Rabiulawal 1423 H hari Jumat
bersamaan 24 Mei 2002 M.
C. Pengertian Tajwid
Tajwīd (تجويد)
secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan
membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah,
tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat
yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang
terdapat dalam kitab suci al-Qur’an maupun bukan.
Sebagian besar
ulama mengatakan, bahwa tajwid itu adalah suatu cabang ilmu yang
sangat penting untuk dipelajari sebelum mempelajari ilmuqira’at alqur’an. Ilmu tajwid adalah pelajaran untuk
memperbaiki bacaanalqur’an. Ilmu iajwid itu diajarkan sesudah pandai membaca huruf Arab dan telah dapat
membaca alqur’an sekedarnya.
Adapun
masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat
keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf
(hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan),
ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat
al-Utsmani.
Pengertian lain
dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari
tiap-tiap bacaan ayat al-Quran. Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi
mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika
membaca al-Qur’an adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf
atau dewasa.
Untuk menghindari
kesalahpahaman antara tajwid dan qira’at, maka perlu diketahui terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan tajwid, pendapat sebagaian ulama memberikan
pengertian tajwid sedikit berbeda namun pada intinya sama sebagaimana yang
dikutip Hasanuddin.
Secara bahasa,
tajwid berarti al-tahsin atau membaguskan. Sedangkan menurut istilah yaitu,
mengucapkan setiap huruf sesuai dengan makhrajnya menurut sifat-sifat huruf
yang mesti diucapkan, baik berdasarkan sifat asalnya maupun berdasarkan
sifat-sifatnya yang baru.Sebagian ulama yang lain mendefinisikan tajwid sebagai
berikut :
“Tajwid ialah mengucapkan huruf (al-Qur’an) dengan tertib menurut yang
semestinya, sesuai dengan makhraj serta bunyi asalnya, serta melembutkan
bacaannya sesempurna mungkin tanpa belebihan ataupun dibuat-buat”.
Rasulullah bersabda : "Bacalah
olehmu Al-Qur'an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi
syafaat/pertolongan ahli-ahli Al-Qur'an (yang membaca dan
mengamalkannya)." (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda : "Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang
yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain." (HR.
Bukhori) Sebelum mulai mempelajari ilmu tajwid sebaiknya kita mengetahui lebih
dahulu bahwa setiap ilmu ada sepuluh asas yg menjadi dasar pemikiran kita.
Berikutnya dikemukakan 10 asas Ilmu Tajwid :
1.
Pengertian tajwid menurut bahasa : Memperelokkan
sesuatu. Menurut istilah ilmu tajwid : Melafazkan setiap huruf dari
makhrajnya yang betul serta memenuhi hak-hak setiap huruf.
2.
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu Kifayah
danmengamalkannya yakni membaca Al-Quran dengan bertajwid adalah Fardhu Ain
bagi setiap muslimin dan muslimat yang mukallaf.
3.
Tumpuan perbincangannya : Pada
kalimah-kalimah Al-Qur’an.
4.
Kelebihannya : Ia adalah semulia mulia
ilmu karena ia langsung berkaitan dengan kitab Allah (Al-Qur’an).
5.
Penyusunnya : Imam-Imam Qira’at
6.
Faedahnya : Mencapai kejayaan dan
kebahagiaan serta mendapat rahmat dan keridhaan Allah di dunia dan akhirat,
Insya-Allah.
7.
Dalilnya : Dari Kitab Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW
8.
Nama Ilmu : Ilmu Tajwid
9.
Masalah yang diperbaincangkan :
Mengenai kaedah-kaedah dan cara-cara bacaannya secara keseluruhan yang memberi
pengertian hukum-hukum cabangan.
10.
Matlamatnya : Memelihara lidah daripada
kesalahan membaca ayat-ayat
11.
suci Al-Quran ketika membacanya,
membaca sejajar dengan penurunannya yang sebanarnya dari Allah SWT.
D. Pengertian Qira’at
Sebagaimana yang
telah kita pahami mengenai pengertian qiraat bahwa qiraat adalah Ilmu yang
mempelajari tentang cara atau metode membaca (pengucapan) lafal atau kalimat
al-Qur’an beserta perbedaan-perbedaanya yang disandarkan kepada orang yang
menukilnya (imam), seperti yang menyangkut aspek kebahsaan; I’raab, hadzf,
isbat, fashl, washl yang diperoleh dengan cara periwayatan.
E. Hubungan Qira’at dengan Tajwid
Dari pengertian tajwid dan qiraat diatas
terdapat hubungan antara keduanya, bahwa tajwid dan qiraat adalah cara atau
metode pengucapan lafal-lafal atau huruf di dalam al-Qur’an, tajwid lebih bersifat teknis dengan
upaya memperindah bacaan al-Qur’an, dengan cara membunyikan huruf-huruf
al-Qur’an sesuai dengan makhraj serta sifat-sifatnya. Adapun qira’at lebih substansial, yaitu pengucapan
lafaz-lafaz al-Qur’an, kalimat ataupun dialek kebahasaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tajwid telah dikenal pada masa Rasulullah
SAW, karena pada saat itu masyarakat sudah tahu cara membaca al-Qur’an dengan benar. Adapun hubungan qira’at dengan tajwid ialah, tajwid lebih
bersifat teknis dengan upaya memperindah bacaan al-Qur’an dengan cara membunyikan huruf-huruf
al-Qur’an sesuai dengan makhraj serta sifat-sifatnya. Adapun qira’at lebih substansial, yaitu pengucapan
lafaz-lafaz al-Qur’an, kalimat ataupun dialek kebahasaan. Jadi berbicara tentang tajwid tidak turut pula ketinggalan
untuk berbicara qira’at juga.
DAFTAR PUSTAKA
Tarib Moh.Sejarah Ilmu Tajwid.http://referensia-ku.blogspot.com: Diakses pada
tanggal 10 November 2011, Pukul 09.00
Wales Jimmy.Tajwid.http://www.wikipedia.com, Diakses pada tanggal10
Wales Jimmy.Tajwid.http://www.wikipedia.com, Diakses pada tanggal10
November 2011, Pukul 09.10
AF. Hasanuddin.1995.Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath
AF. Hasanuddin.1995.Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath
Hukum dalam Al-Quran.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Zulfidar Akaha. Abduh.1996.Al-Qur’an dan Qiroat.Jakarta:Pustaka Al-Kautsar
Zulfidar Akaha. Abduh.1996.Al-Qur’an dan Qiroat.Jakarta:Pustaka Al-Kautsar
Labels:
makalah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment